
Negosiasi Meredakan Tegangan, Tapi Tarif Tetap Jalan
Hasil Pertemuan AS-China Soal Tarif Menentukan — demikian kesimpulan utama dari pertemuan terbaru antara Amerika Serikat dan Tiongkok mengenai kebijakan tarif bilateral. Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, menyatakan bahwa pembicaraan berjalan konstruktif dan menghasilkan kesepahaman awal untuk meredakan ketegangan dagang.
Kesepakatan awal ini mencakup pengurangan tarif terhadap barang-barang penting seperti mineral tanah jarang dan magnet, dua komoditas yang menjadi pusat perhatian dalam konflik perdagangan kedua negara. Meski tarif dikurangi, implementasinya tetap dijalankan hingga ada kesepakatan final.
Hasil Pertemuan AS-China Soal Tarif
Pengadilan Banding Federal AS juga mengizinkan Presiden Donald Trump melanjutkan pemberlakuan tarif global secara sementara sambil menunggu hasil proses hukum. Menurut Bloomberg, keputusan ini memberikan Trump ruang untuk mempertahankan kebijakan agresifnya terhadap China.
Table of Contents
Penurunan Tarif Signifikan, Tapi Tidak Menyeluruh
Hasil Pertemuan AS-China Soal Tarif Menentukan terlihat dari kebijakan penurunan bea masuk yang diumumkan bulan lalu dalam pertemuan di Jenewa. AS menurunkan tarif impor dari China dari 145% menjadi 30%, sementara China menurunkan tarif balasan dari 125% menjadi 10%.
Namun, perdagangan antar kedua negara tetap terganggu. Penurunan ini belum cukup untuk mengembalikan kelancaran arus barang secara penuh. Sebab, banyak perusahaan masih enggan mengambil risiko logistik dan perizinan di tengah ketidakpastian kebijakan.
AS dan China kini telah melewati sepertiga dari masa penangguhan tarif 90 hari yang berlaku hingga April. Mereka memiliki waktu hingga 10 Agustus untuk mencapai kesepakatan final, atau tarif akan kembali naik ke level semula.
Dampak ke Sektor Strategis dan Keamanan
Konflik tarif ini berdampak langsung pada sektor-sektor strategis seperti energi, pertahanan, dan teknologi tinggi. China membalas dengan menekan ekspor mineral penting, yang berpotensi menghentikan operasi produsen baterai, kontraktor militer, dan manufaktur otomotif AS.
Sebagai balasan, AS membatasi ekspor teknologi ke China, termasuk perangkat lunak semikonduktor, gas industri, dan komponen kedirgantaraan. Bahkan, Presiden Trump sempat mengusulkan agar kampus-kampus AS menolak pendaftaran mahasiswa asal China di bidang sains dan teknik.
Hasil Pertemuan AS-China Soal Tarif Menentukan dalam konteks ini adalah bagaimana kedua pihak menyusun kembali rantai pasok global mereka untuk mengurangi ketergantungan satu sama lain.
Reaksi Pasar dan Analisis Ekonomi
Pasar keuangan menyambut positif penurunan tarif awal, tetapi tetap mencerminkan kehati-hatian. Indeks saham di Wall Street sempat naik setelah kabar negosiasi, namun volatilitas masih tinggi.
Analis dari TradingView mencatat bahwa investor global masih menunggu kejelasan lebih lanjut, terutama terkait sektor energi dan teknologi. Pasar komoditas pun ikut terpengaruh, dengan harga mineral tanah jarang dan nikel menunjukkan fluktuasi tajam.
Ekonom kebijakan internasional memperingatkan bahwa ketidakpastian dagang ini bisa membebani pertumbuhan global dalam jangka menengah jika tidak segera diselesaikan dengan struktur tarif yang berkelanjutan.
Konsensus di Jenewa Jadi Titik Tengah
Dalam pertemuan sebelumnya di Jenewa, AS dan China telah menyusun kerangka kerja konsensus. Kepala Negosiator Perdagangan China, Li Chenggang, menyatakan bahwa delegasi kedua negara akan membawa proposal itu ke pimpinan masing-masing.
Hasil Pertemuan AS-China Soal Tarif Menentukan masa depan perdagangan bilateral dan stabilitas ekonomi global. Dalam kerangka ini, kebijakan tarif tidak hanya menjadi alat dagang, tetapi juga senjata diplomatik yang menentukan arah dominasi industri dan teknologi dunia.
Harapan Komunitas Internasional
Komunitas internasional memandang Hasil Pertemuan AS-China Soal Tarif Menentukan sebagai ujian penting bagi stabilitas perdagangan global. Negara-negara mitra dagang kedua raksasa ekonomi ini berharap resolusi segera dicapai agar rantai pasok internasional kembali berjalan normal. Jika diplomasi dagang terus berlangsung dengan pendekatan pragmatis, kesepakatan akhir yang saling menguntungkan bukan hal mustahil.
Dengan waktu yang kian menipis menuju tenggat 10 Agustus, dunia menanti: akankah AS dan China benar-benar mencapai titik damai, atau justru kembali ke jurang perang dagang yang berkepanjangan?