
Data Global Tunjukkan Kenaikan Likuiditas Selaras dengan Lonjakan BTC
Lonjakan Pasokan Uang Dorong Harga Bitcoin bukan lagi sekadar asumsi di komunitas kripto. Berdasarkan data yang dihimpun dari 21 bank sentral utama di dunia, pertumbuhan suplai uang global (M2 Money Supply) terbukti memiliki korelasi sangat erat dengan pergerakan harga Bitcoin (BTC) sejak 2013.
Menurut laporan BGeometrics, setiap kali M2 mengalami lonjakan tajam, Bitcoin cenderung mengikuti dengan reli signifikan. Korelasi ini diperkuat oleh sejumlah momen penting dalam sejarah pasar kripto yang menunjukkan pola yang sangat konsisten.
Lonjakan Pasokan Uang Dorong Harga Bitcoin
Salah satu contohnya terjadi pada Desember 2013, saat M2 global tercatat sebesar US$61,9 triliun. Pada waktu yang sama, harga Bitcoin melonjak ke US$1.040, sebuah angka yang sangat tinggi kala itu.
Table of Contents
Setiap Gelombang Likuiditas Mendorong Harga BTC Naik
Tren ini terus berulang dalam siklus empat tahunan Bitcoin. Empat tahun setelah puncak 2013, pada Desember 2017, suplai uang global (M2) meningkat menjadi US$73,95 triliun. Seiring itu, harga Bitcoin melonjak ke US$18.982—menandai salah satu momen penting dalam sejarah bull run BTC.
Lonjakan berikutnya terjadi saat pandemi global menerpa dunia. Pada tahun 2021, M2 global meroket hingga menembus US$100,5 triliun. Dalam periode yang sama, harga Bitcoin mencapai ATH kala itu di kisaran US$67.500.
Lonjakan Pasokan Uang Dorong Harga Bitcoin
Data ini memperkuat keyakinan bahwa Lonjakan Pasokan Uang Dorong Harga Bitcoin, di mana setiap kali likuiditas global meningkat, aset digital cenderung mengalami tekanan beli yang luar biasa kuat.
Mei 2025: M2 Global Sentuh US$111 Triliun, BTC Melejit ke US$105K
Korelasi antara pasokan uang dan harga BTC kembali mendapat validasi pada 19 Mei 2025. Berdasarkan data yang dilansir BGeometrics, total suplai M2 dari bank sentral utama dunia mencapai US$111,1 triliun—angka tertinggi sepanjang sejarah.
Di hari yang sama, harga Bitcoin terpantau melonjak ke US$105.615, sebuah kenaikan tajam dari minggu sebelumnya yang masih bertahan di kisaran US$98.000. Kenaikan harga ini dianggap sebagai respons langsung terhadap membanjirnya likuiditas baru di sistem keuangan global.
Menurut analis makro dari Bloomberg Digital Markets, kombinasi antara longgarnya kebijakan moneter dan minat institusi terhadap aset lindung nilai menjadi penyebab utama mengapa Lonjakan Pasokan Uang Dorong Harga Bitcoin secara konsisten dari waktu ke waktu.
Kebijakan Moneter Global Pengaruhi Pasar Aset Digital
Banyak pelaku pasar percaya bahwa Bitcoin telah beralih dari aset spekulatif menjadi alat lindung nilai terhadap inflasi dan pelemahan mata uang fiat. Seiring bank sentral seperti The Fed, ECB, dan Bank of Japan terus menggelontorkan likuiditas, investor global mulai beralih ke aset yang bersifat deflasi seperti BTC.
Dalam konteks ini, kenaikan M2 menjadi indikator penting bagi para trader dan analis kripto. Setiap kali terjadi pelonggaran kuantitatif (quantitative easing), likuiditas meningkat dan risiko inflasi naik—mendorong investor masuk ke pasar kripto.
Menurut Investopedia, M2 adalah metrik pasokan uang yang mencakup uang tunai, simpanan tabungan, dan bentuk lain dari aset likuid. Ketika M2 meningkat secara signifikan, daya beli mata uang fiat biasanya menurun, yang membuat aset digital seperti Bitcoin semakin diminati.
Analis Prediksi BTC Bisa Capai US$150K Jika Tren Berlanjut
Beberapa analis memperkirakan bahwa jika tren Lonjakan Pasokan Uang Dorong Harga Bitcoin terus berlanjut, maka BTC bisa menembus rekor baru hingga US$150.000 dalam beberapa bulan ke depan. Prediksi ini mempertimbangkan kebijakan moneter longgar dari banyak negara, serta arus masuk ke ETF Bitcoin spot yang kian deras.
Selain itu, pertumbuhan penggunaan aset digital di negara berkembang juga ikut mendorong permintaan BTC secara global, di mana mata uang lokal kerap terdepresiasi akibat inflasi tinggi.
Penutup: M2 Kini Jadi Barometer Baru Harga Bitcoin
Dengan semakin terbukanya akses data global dan meningkatnya partisipasi institusional dalam pasar aset digital, korelasi antara suplai uang global dan pergerakan harga BTC semakin tak terbantahkan.
Lonjakan Pasokan Uang Dorong Harga Bitcoin telah menjadi indikator baru bagi investor untuk membaca peluang pasar. Dalam lanskap ekonomi yang terus bergeser, memahami M2 bisa menjadi kunci untuk mengantisipasi arah tren crypto berikutnya.
Di era digital saat ini, Bitcoin bukan hanya tentang teknologi—tapi juga tentang makroekonomi global, likuiditas sistemik, dan kebijakan bank sentral dunia. Dan untuk sementara waktu, arah harga Bitcoin tampaknya akan terus mengikuti arus uang global yang semakin menggila.