Saham Fintech RI Borong Bitcoin dan melonjak di Nasdaq
Saham fintech Indonesia, Digiasia, melonjak setelah mengumumkan rencana borong Bitcoin sebagai strategi investasi jangka panjang.

Saham Digiasia Naik 83% Setelah Umumkan Akuisisi Bitcoin

Saham Fintech RI Borong Bitcoin menjadi perhatian pasar global setelah Digiasia Corp (FAAS), perusahaan teknologi finansial asal Jakarta, mengumumkan rencana akuisisi Bitcoin sebagai bagian dari strategi kas perusahaan. Langkah ini mendorong harga saham FAAS yang melantai di bursa saham Nasdaq melonjak hingga 83% dalam satu hari perdagangan, menurut data TradingView pada Senin (19/05).

Rencana Digiasia untuk membentuk cadangan Bitcoin strategis dinilai sebagai manuver agresif dalam menyusun portofolio kas berbasis aset digital. Dalam pernyataan resminya, Digiasia menyebutkan akan mengalokasikan 50% dari laba bersih perusahaan untuk membeli Bitcoin secara bertahap. Dana awal sebesar US$100 juta atau sekitar Rp1,6 triliun telah disiapkan melalui penerbitan saham dan surat utang.

Langkah ini menjadikan Digiasia sebagai salah satu perusahaan asal Asia Tenggara pertama yang secara terbuka menerapkan strategi treasury berbasis Bitcoin. Saham Fintech RI Borong Bitcoin bukan hanya memicu kenaikan tajam harga saham FAAS, tetapi juga meningkatkan minat investor global terhadap peran Indonesia di sektor kripto.

Strategi Jangka Panjang: Bitcoin Sebagai Cadangan Aset Digital

Saham Fintech RI Borong Bitcoin tidak hanya menjadi berita besar karena lonjakan harga saham, tetapi juga karena visinya yang progresif dalam menyusun neraca keuangan perusahaan. Digiasia menyatakan bahwa Bitcoin dipilih sebagai aset cadangan jangka panjang karena karakteristiknya yang tahan inflasi, terdesentralisasi, dan memiliki potensi apresiasi nilai tinggi.

Co-CEO Digiasia, Prashant Gokarn, yang juga mantan petinggi Indosat, menyebut Bitcoin sebagai fondasi baru strategi keuangan modern. “Kami melihat Bitcoin sebagai investasi jangka panjang yang menjanjikan. Ia bukan hanya aset digital, tetapi menjadi simbol transformasi dalam cara perusahaan menyimpan dan mengelola kekayaan,” ujarnya.

Melalui pendekatan ini, Digiasia tidak hanya memosisikan dirinya sebagai pemain fintech, tetapi juga sebagai pionir dalam adopsi teknologi blockchain dan aset kripto untuk mendukung stabilitas dan pertumbuhan jangka panjang.

Potensi Imbal Hasil dari Staking dan Pinjaman Institusional

Saham Fintech RI Borong Bitcoin juga disertai dengan eksplorasi strategi pendapatan tambahan melalui staking dan pinjaman institusional. Digiasia mengonfirmasi bahwa mereka tengah menjalin kerja sama dengan mitra teregulasi guna menjajaki peluang menghasilkan imbal hasil dari Bitcoin yang dimiliki.

Strategi ini memungkinkan perusahaan untuk mengoptimalkan aset digitalnya tanpa menjualnya, mirip dengan model yield-generating asset management. Jika strategi ini berhasil diterapkan, Digiasia bisa memperoleh pendapatan pasif dari Bitcoin sembari mempertahankan nilai aset utamanya.

Pendekatan ini memperlihatkan pemahaman mendalam perusahaan terhadap ekosistem keuangan digital modern, di mana aset seperti Bitcoin tidak hanya disimpan sebagai cadangan, tetapi juga dimanfaatkan secara aktif untuk menciptakan nilai tambah.

Reaksi Pasar Global dan Potensi Dominasi Fintech RI

Langkah Digiasia yang membuat Saham Fintech RI Borong Bitcoin mendapat sorotan luas, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga di kalangan investor global. Lonjakan harga saham FAAS di Nasdaq menjadi sinyal bahwa pasar mulai menerima strategi berbasis Bitcoin sebagai sesuatu yang tidak lagi eksperimental.

Menurut Nasdaq – Wikipedia, pencatatan saham di bursa ini menandakan standar transparansi dan regulasi yang tinggi, sehingga aksi Digiasia akan dinilai secara serius oleh komunitas keuangan internasional.

Selain itu, pendekatan Digiasia yang terbuka dan terukur menempatkan Indonesia dalam peta adopsi institusional terhadap aset kripto, terutama di kawasan Asia Tenggara. Langkah ini diprediksi akan mendorong lebih banyak perusahaan fintech asal Indonesia untuk mempertimbangkan strategi serupa.

Kesimpulan: Saham Fintech RI Borong Bitcoin Bisa Jadi Titik Balik

Saham Fintech RI Borong Bitcoin bukan sekadar berita sensasional, tetapi bisa menjadi titik balik bagi cara pandang perusahaan di Indonesia terhadap aset digital. Dengan mengalokasikan sebagian besar laba ke Bitcoin dan menjelajahi opsi staking, Digiasia menunjukkan bahwa strategi finansial modern tidak harus datang dari Silicon Valley.

Melalui rencana agresif namun terukur ini, Digiasia membuktikan bahwa fintech asal Indonesia juga dapat bersaing di pasar global dan bahkan menjadi pelopor adopsi aset digital di kancah institusi. Ke depan, Saham Fintech RI Borong Bitcoin bisa menjadi studi kasus penting bagaimana perusahaan emerging market menggabungkan teknologi, keuangan, dan aset digital untuk menciptakan nilai jangka panjang yang berkelanjutan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *