volatilitas Bitcoin dibanding emas selama konflik Timur Tengah
volatilitas Bitcoin dibanding emas selama konflik Timur Tengah

volatilitas Bitcoin dibanding emas – Di tengah ketegangan geopolitik yang memanas di Timur Tengah, muncul kembali pertanyaan klasik: apakah Bitcoin sudah bisa disandingkan dengan emas sebagai aset pelindung nilai atau safe haven? Para analis pasar global, termasuk dari IG Markets, menyuarakan keraguan mereka. Meskipun harga Bitcoin mencatat pertumbuhan yang konsisten, dominasi emas sebagai aset pelindung tetap tak tergoyahkan, terutama saat krisis terjadi.

Saat konflik di Timur Tengah meningkat pada pertengahan Juni 2025, harga emas melonjak tajam, hampir menyentuh rekor baru di level US$3.450 per ons. Kenaikan ini didorong oleh ketidakpastian geopolitik serta faktor internal Amerika Serikat seperti kebijakan perdagangan Presiden Donald Trump. Di sisi lain, Bitcoin hanya mencatatkan kenaikan tahunan sebesar 13%, dan masih diperdagangkan sekitar 5,3% di bawah rekor tertingginya sebesar US$111.800 yang dicapai pada Mei lalu.

Performa Emas Masih Unggul di Tengah Ketidakpastian

Menurut analis IG Markets, Tony Sycamore, volatilitas Bitcoin dibanding emas masih menunjukkan bahwa Bitcoin diperlakukan lebih sebagai aset berisiko ketimbang sebagai lindung nilai. “Bitcoin masih diperdagangkan seperti saham teknologi Amerika—sensitif terhadap sentimen risiko dan tidak sepenuhnya berfungsi sebagai safe haven,” ujar Sycamore dalam wawancara dengan Cointelegraph.

Emas, di sisi lain, tetap mempertahankan karakteristik tradisionalnya sebagai pelindung nilai dalam jangka panjang. Logam mulia ini telah naik sekitar 30% sejak awal tahun, mengalahkan hampir semua aset utama lainnya. Volatilitas Bitcoin dibanding emas menunjukkan kontras signifikan, terutama saat tekanan geopolitik dan ketidakpastian ekonomi meningkat.

Level Teknis dan Prospek Harga Bitcoin

Meskipun volatilitas Bitcoin dibanding emas belum menyamai stabilitas logam mulia, Sycamore tetap melihat potensi pergerakan bullish. Ia menyatakan bahwa jika Bitcoin mampu bertahan di atas level support US$95.000 hingga US$100.000, maka peluang pengujian ulang rekor tertinggi di US$112.000 sangat terbuka.

“Jika tren ini bertahan, Bitcoin bisa menuju wilayah resistance baru di kisaran US$116.000 hingga US$120.000,” tambahnya. Namun, ia juga mengingatkan bahwa pergerakan harga Bitcoin masih sangat dipengaruhi oleh pergerakan ekuitas AS, terutama saham teknologi yang memiliki korelasi tinggi dengan crypto.

Safe Haven vs Aset Risiko

Debat tentang status Bitcoin sebagai safe haven sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Bagi para pendukung Bitcoin, aset ini dianggap sebagai bentuk “emas digital” karena memiliki suplai terbatas dan sifat desentralisasi. Namun, volatilitas Bitcoin dibanding emas menunjukkan bahwa reaksi pasar terhadap kedua aset ini masih sangat berbeda, terutama saat menghadapi krisis.

Emas telah teruji selama berabad-abad sebagai aset yang nilainya bertahan bahkan di tengah resesi, inflasi, atau perang. Bitcoin, meskipun menjanjikan, masih baru dalam konteks sejarah keuangan dan belum sepenuhnya membuktikan dirinya dalam skenario krisis global jangka panjang.

Dampak Geopolitik terhadap Performa Aset

Konflik di Timur Tengah dan ketegangan perdagangan global menciptakan tekanan besar terhadap pasar keuangan. Dalam kondisi seperti ini, investor cenderung menarik dana dari aset berisiko dan mencari perlindungan di aset yang lebih stabil. Volatilitas Bitcoin dibanding emas dalam konteks ini menjadi bukti bahwa investor institusional dan ritel masih lebih mempercayai emas dibanding Bitcoin dalam kondisi darurat.

Namun, tidak sedikit juga analis yang melihat kondisi ini sebagai kesempatan bagi Bitcoin untuk menunjukkan daya tahan jangka panjangnya. Jika Bitcoin mampu menstabilkan volatilitasnya dan memperkuat regulasi serta adopsi institusional, bukan tidak mungkin aset ini akan semakin dipandang sejajar dengan emas.

Wikipedia dan Referensi Historis

Menurut Wikipedia, emas telah digunakan sebagai alat lindung nilai terhadap inflasi dan ketidakpastian sejak zaman dahulu. Bitcoin, yang diperkenalkan pada 2009, masih harus melewati banyak siklus ekonomi sebelum bisa dikategorikan sebagai “emas digital” secara penuh.

Volatilitas Bitcoin dibanding emas mencerminkan perbedaan karakteristik kedua aset ini, baik dari segi usia, adopsi, maupun persepsi pasar. Meskipun Bitcoin menawarkan potensi pertumbuhan tinggi, ia belum mampu menandingi stabilitas emas dalam jangka pendek.

Penutup: Masih Panjang Jalan Bitcoin Menuju Status Safe Haven

Saat ini, volatilitas Bitcoin dibanding emas masih menjadi faktor utama yang membedakan status keduanya. Bitcoin memang menunjukkan pertumbuhan dan potensi besar dalam lanskap keuangan digital, namun belum cukup stabil untuk menggantikan posisi emas dalam portofolio investasi konservatif.

Dengan demikian, investor harus tetap menyesuaikan strategi berdasarkan profil risiko masing-masing. Kombinasi emas dan Bitcoin bisa menjadi pendekatan yang seimbang dalam menghadapi ketidakpastian global, sambil terus memantau pergeseran dinamika antara kedua aset ini di masa depan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *